Jakarta- Trakindo Utama melalui kantor cabang BSD Office kembali berkolaborasi untuk yang kedua kali dengan Lestari mangrove dan Alam (LEVA). Di tahun pertama, Trakindo melakukan kegiatan penanaman di Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk (TWA, AK) PIK, Jakarta Utara, dan di tahun kedua menanam di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Kegiatan berlangsung selama dua hari satu malam yang diikuti oleh 39 karyawan. Melalui Dermaga 16 Marina Ancol, peserta berangkat menuju Pulau Pramuka via kapal speedboat. Perjalanan dengan speedboat menempuh waktu 1,5 jam. Setiba di pulau, tim membuka kegiatan dengan penanaman mangrove sebanyak 100 bibit Rhizophora stylosa menggunakan teknik rumpun berjarak dengan substrat berpasir. Untuk mengingatkan kembali materi mangrove yang pernah didapat timTrakindo dua tahun lalu, tim LEVA kembali memberikan edukasi seputar manfaat mangrove bagi biota dan pentingnya menjadi perisai hijau bagi suatu pulau. Materi tersebut dibawakan oleh Nathasi.

Peserta yang didominasi generasi milenial dan baby boomers sangat antusias bertanya seputar mangrove dan manfaatnya bagi pulau-pulau berpenghuni di Kepulauan Seribu.
Setelah makan siang, kegiatan dilanjutkan dengan beach clean up di Pulau Karya yang merupakan salah satu pulau tidak berpenghuni karena menjadi markas kepolisian Pulau Seribu dan area pemakaman. Di sini peserta melakukan aksi clean up di sekitaran mangrove yang ada di dalam pulau dan area bibir pantai. Tidak sedikit sampah plastik yang ditemui, sumbernya dari wisatawan yang masih membuang sampah sembarangan dan sampah-sampah yang terbawa oleh pasang air laut.
Setelah clean up, dilanjutkan dengan snorkeling ke Pulau Aer dan Gosong Petrik. Kami juga sempat singgah di pulau timbul yang muncul ke permukaan ketika air laut sedang surut, dan menghilang jika sudah pasang.

Sebelum snorkeling, peserta diberikan edukasi seputar do and dont’s saat berada di dalam air oleh Wijaya. Hal yang terpenting adalah tidak menyentuh dan menginjak terumbu karang. Hal ini dikarenakan terumbu karang sangat sensitif terhadap rangsangan dan pada proses pertumbuhannya, membutuhkan waktu yang sangat lama.

Setelah puas snorkeling, malam harinya dilanjutkan kegiatan makan malam bersama dan BBQ di area villa. Tepat di hari yang sama, di Plaza Pulau Pramuka sedang ada malam Pekan Kebudayaan Nasional pertunjukan pementasan “Pulang Babang” sebuah drama kolosal karya warga Pulau Pramuka. Peserta Trakindo mendapat hiburan tambahan dengan bersama-sama mengunjungi plaza dan menonton pertunjukan.
Keesokan harinya tanggal 29 Oktober, kegiatan dilanjutkan dengan beach clean up part 2 yang dipandu oleh Pras dan Faiz, dengan berkeliling pulau untuk mengambil sampah. Adapun sampah yang diambil meliputi sampah plastik, sachet dan botol. Masing-masing sampah harus dipilah dan terpisah. Menjelang spot akhir clean up, peserta diberikan tantangan untuk membersihkan area pesisir pulau dari timbunan sampah. Tidak lebih dari 20 menit spot yang menjadi challenge bersih dan rapih.

Kemudian dilanjutkan dengan workshop pilah sampah dan mesin pyrolysis di Rumah Literasi Hijau. Hasil sampah yang terpilah ditimbang dan Trakindo berhasil mengumpulkan 64 kg sampah. Ibu Mahariah selaku founder Yayasan Rumah Literasi Hijau memberikan edukasi terkait pemilahan sampah, peserta mempraktikkan langsung memilah sampah berdasarkan jenisnya. Mulai dari PET, sachet, botol dan yang residu. Kemudian dilanjutkan dengan edukasi pengolahan sampah dengan mesin pyrolysis oleh Bang Komar.


Kegiatan ditutup dengan kesan dan pesan dari peserta dan ucapan terimakasih kepada tim Rumah Literasi Hijau atas kolaborasinya.
Kegiatan “The Mangrove Explore” bertujuan meningkatkan kepedulian karyawan Trakindo Utama pada pelestarian mangrove, peningkatan pendapatan ekonomi warga pesisir, wisata berbasis ecotourism, dan memberikan pengetahuan bahan pewarna alam yang berada di sekitar pesisir mangrove Pulau Pramuka. Diharapkan melalui kegiatan ini memberikan pengalaman baru dan inspirasi kepada karyawan untuk berkunjung ke pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu dan berkontribusi pada konservasi hutan mangrove.
Penulis: Nathasi Fadhlin