Lompat ke konten
Home » Blog » LEVA Goes to Mangrove Bali Part 1: Arboretum Mangrove

LEVA Goes to Mangrove Bali Part 1: Arboretum Mangrove

  •  

Dalam rangka mempererat persaudaraan dan persahabatan antar penggiat mangrove di Indonesia, Lestari Mangrove dan Alam (LEVA) menggagas program baru dengan nama “LEVA JOURNEY – Goes to …”. Yakni sebuah perjalanan berkeliling Indonesia, khususnya berkunjung ke hutan mangrove, ekowisata, kantor balai penelitian, kantor NGO dan sekretariat komunitas penggiat mangrove di Indonesia.

Salah satu provinsi pertama yang kami kunjungi adalah Bali. Kami memulai perjalanan dari tanggal 9 hingga 13 Agustus 2023.  Pulau Bali terkenal dengan industri pariwisatanya yang menjadi magnet wisatawan mancanegara. Wisata di Bali memang sangat lengkap, mulai dari pegunungan, agro wisata, wisata culture, hingga wisata baharinya. Salah satu yang masih belum tersingkap adalah wisata hutan mangrovenya.

Di hari pertama kami mengawali kunjungan ke Arboretum Mangrove yang ada di kawasan Tahura Ngurah Rai, Denpasar yang dikelola oleh komunitas Mangrove Ranger, sebuah komunitas lingkungan yang peduli dengan isu hutan mangrove di Pulau Bali. Diinisiasi oleh seorang perempuan Bali bernama Ibu Sweet.

Mangrove Ranger bersama para rangers-nya terus bergerak menyuarakan kepedulian masa depan hutan mangrove di Teluk Benoa, Kawasan Tahura Ngurah Rai dan pesisir di Pulau Bali lainnya.

Ke depannya, tempat ini akan diperuntukan menjadi pusat koleksi jenis-jenis mangrove dan menjadi green belt. Di tempat ini juga dilakukan persemaian bibit mangrove seperti Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Avicennia marina, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza. Salah satu yang mencuri perhatian kami adalah polybag yang digunakan bukan dari bahan plastik, melainkan bambu dan anyaman yang dibuat oleh kelompok pemberdayaan disabilitas. Keren ya!

Mangrove yang ada di Arboretum ditanam berdasarkan zonasinya. Di zona mayor ada Avicennia. sp, dan Sonneratia. sp, zona minor ada Rhizopora. sp dan Bruguiera. sp, dan zona asosiasi ada Lumnitzera. sp. Teknik penanaman yang digunakan di sini adalah tanam langsung dan guludan. Teknik ini dipilih berdasarkan kondisi pasang surut air yang masuk dari laut ke dalam teluk. Pasang tertinggi bisa mencapai 2 meter dan surut terendah benar-benar kering hanya menyisakan sedimentasi lumpur.

Kami sangat terkesan karena tim bekerja dengan telaten. Semua jenis mangrove ditanam menyesuaikan zonanya. Jika ada yang tumbuh secara alami, semaian yang baru tumbuh dengan hati-hati mereka pindah ke tempat yang seharusnya mereka tumbuh. Hal ini yang menjadi kunci keberhasilan arboretum.

Tidak jarang, pada suatu kawasan terdapat sebuah ikon yang menjadi ciri khas. Di tempat ini ada sebuah pohon tua jenis Sonneratia alba konon katanya berusia 100 tahun. Pohon ini sudah dalam keadaan kering, namun akarnya masih tetap berdiri kuat. Pohon ini diberi nama Hopetree, karena saat ini di ranting-rantingnya yang kering digantung tulisan harapan dan doa para volunteer yang pernah menanam mangrove di tempat ini.

Kami banyak mendapat informasi baru mengenai kondisi mangrove di pesisir Bali dari Ibu Sweet dan Mbak Ochi terkait cara monitoring, persemaian, teknik penanaman, cara menangani hama hingga tantangan yang mereka hadapi.

Setelah puas berdiskusi kami melanjutkan kunjungan ke tempat berikutnya. Mau tau selanjutnya ke mana? Yuk ikuti terus cerita perjalanan LEVA Goes to Mangrove Bali Part 2: Mangrove Information Center dan Ekowisata Batu Lumbang.

Penulis: Nathasi Fadhlin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *