Pada kunjungan berikutnya, LEVA mendatangi sebuah tempat pusat studi mangrove di Indonesia yaitu Mangrove Information Center (MIC). Tempat ini menjadi kiblat para peneliti dan praktisi mangrove di Indonesia yang dibangun oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) sejak tahun 2001 hingga 2006.
Nathasi dan Hima mendapat sambutan baik dari Bapak Wayan Suparta selaku staf MIC. Beliau adalah praktisi dan peneliti mangrove di Bali. Kiprahnya di bidang konservasi mangrove sudah tidak diragukan lagi. Mulai dari berbagai publikasi, jurnal, dan buku pernah diterbitkannya. Pak Wayan mengajak kami berkeliling museum mangrove yang ada di dalam kawasan MIC. Sejak perhelatan internasional G20, pembangunan fasilitas edukasi di MIC semakin diperbarui. Diorama jenis-jenis mangrove, daur hidup, fauna endemik, climate change, alat peraga dan informasi seputar mangrove semakin lengkap. Di tempat ini, pengunjung dengan mudah dapat memahami informasi terkait ekosistem mangrove.

Setelah puas berkeliling, kami diajak melihat trekking mangrove yang baru direnovasi, namun sayangnya masih belum bisa dilewati karena belum ada serah terima dari Kementerian PUPR ke MIC. Meski demikian tidak menyurutkan mereka untuk belajar di sini.
Nathasi dan Hima aktif bertanya kepada Pak Wayan terkait kondisi ancaman mangrove yang sering mereka temui di Jakarta. Berbekal pengalaman dan praktik lapangan, Pak Wayan memberikan solusi atas tantangan yang dihadapi. Salah satunya teknik pemangkasan batang mangrove pada kondisi pohon rapat, guna mempertahankan umur mangrove agar terhindar dari ancaman mangrove rebah. Bagi kami, MIC menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi bagi para pecinta, peneliti dan penggiat mangrove di Nusantara.


Setelah puas menjelajah, Nathasi dan Hima melanjutkan kunjungan ke Ekowisata Mangrove Batu Lumbang yang berlokasi tidak jauh dari MIC. Ekowisata ini belum lama resmi dibuka oleh Wakil Walikota Denpasar pada tanggal 2 Oktober 2022.


Pengembangan ekowisata mangrove ini hasil kolaborasi antara Kelompok Usaha Bersama (KUB) Segara Guna Batu Lumbang dengan PT Indonesia Power yang dimulai sejak tahun 2020. Berlokasi di pesisir Selatan Kota Denpasar, tepatnya di Desa Pemogan, Denpasar Selatan.
Di bulan Februari tahun 2022 lalu, Nathasi pernah mengadakan event besar bekerjasama dengan KLHK dan P2SL dalam acara kick off G20 Aksi Bersih Mangrove yang melibatkan 16 komunitas lingkungan di kota Denpasar.
Ada atraksi wisata susur mangrove dengan beach clean up dengan kano. Tempat ini sangat cocok untuk kalian yang memiliki hobi canoeing. Pengunjung bisa berkeliling naik kano sambil menikmati keindahan hutan mangrove dan menikmati syahdunya kicauan burung-burung air.
Saat ini Ekowisata Batu Lumbang mulai ramai dikunjungi oleh wisatawan, mulai dari instansi sekolah, mahasiswa, peneliti, pemerintah, NGO dan wisatawan mancanegara. Hal ini tidak terlepas dari kerjakeras bapak I Wayan Kona Antara selaku ketua KUB Segara Guna Batu Lumbang atas dedikasinya mempertahankan konsep ekowisata di tempatnya. Fasilitas dan daya tarik dari tempat ini juga cukup baik. Bersama kelompok ibu-ibu, Batu Lumbang menghadirkan produk-produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) olahan mangrove, seperti sirup pidada dari buah Sonneratia caseolaris, stick dari buah Bruguiera ghymnorrhiza dan teh dari daun jeruju Acanthus ilicifolius. Hal ini juga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung dan mencicipi produk hasil dari hutan mangrove, sehingga nilai ekonomi hutan mangrove semakin termuat dalam konsep Ekowisata Guna Batu Lumbang
Senang sekali LEVA bisa berkunjung ke MIC dan Ekowisata Guna Batu Lumbang, selanjutnya LEVA akan berkunjung ke tempat persemaian mangrove di Suwung. Ikuti terus cerita perjalanan LEVA Goes to Mangrove Bali Part 3: Berkunjung ke Persemaian Mangrove G20 Suwung dan Kantor NGO Coral Triangle Center (CTC).
Penulis: Nathasi Fadhlin