Lompat ke konten
Home » Blog » Essay Sosiologi: Komunitas Mangrove LEVA

Essay Sosiologi: Komunitas Mangrove LEVA

Berikut ini merupakai esai karya Dika Alif Revalino dari SMAN 81 Jakarta


Pendahuluan

Masa depan bumi kita, dalam berbagai aspek, adalah lebih kompleks daripada yang pernah kita bayangkan. Perubahan iklim yang cepat, hilangnya keanekaragaman hayati, dan tantangan lingkungan lainnya menjadi masalah global yang memerlukan tindakan kolektif yang tangguh. Di tengah tantangan ini, adalah suatu keharusan untuk mengidentifikasi dan mendukung inisiatif yang bertujuan untuk melindungi dan memulihkan lingkungan alam kita, serta untuk mempromosikan kesadaran dan tindakan berkelanjutan yang dapat membantu mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi planet ini.

Salah satu kelompok sosial yang telah muncul sebagai pionir dalam upaya pelestarian dan pelestaran ekosistem penting di Indonesia adalah LEVA. Mereka adalah sebuah komunitas inklusif yang dengan tekun fokus pada pelestarian hutan mangrove. Mengapa LEVA? Pertanyaan ini timbul karena pemilihan topik ini bukanlah kebetulan. Ada beberapa alasan kuat mengapa penelitian dan eksplorasi lebih lanjut tentang LEVA dan misinya memiliki manfaat yang sangat signifikan. Pemahaman yang lebih dalam tentang LEVA dan upayanya dalam melestarikan hutan mangrove akan memberikan wawasan yang berharga tentang upaya konservasi lingkungan di Indonesia dan bagaimana komunitas seperti LEVA dapat menjadi model inspiratif dalam melindungi ekosistem yang sangat penting ini.

Pertama-tama, peran LEVA sebagai representasi dari kekuatan anak muda di Indonesia adalah sesuatu yang patut dicontoh. Mereka telah menunjukkan bagaimana anak-anak muda yang bersatu dapat mempengaruhi perubahan positif dalam masyarakat dan lingkungan mereka. Pusat perhatian mereka pada rehabilitasi dan pelestarian hutan mangrove adalah cerminan dari dedikasi mereka untuk menjaga ekosistem penting ini tetap lestari. Mangrove, sebagai salah satu ekosistem pesisir yang paling rentan terhadap kerusakan lingkungan, juga salah satu yang paling berharga dalam menjaga keseimbangan ekologi dan mendukung kehidupan laut. Dalam pandangan yang lebih luas, LEVA membuktikan bahwa pemuda memiliki potensi besar dalam mengatasi masalah lingkungan di masa depan.

Selain itu, peran mangrove dalam mitigasi perubahan iklim dan perlindungan terhadap bencana alam, seperti banjir dan tsunami, sangat krusial. Mangrove memiliki kemampuan unik untuk menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer, membantu dalam mengurangi laju perubahan iklim global. Selain itu, hutan mangrove juga bertindak sebagai perisai alami yang efektif, mengurangi dampak banjir dan tsunami pada wilayah pesisir. Oleh karena itu, sebuah esai yang mendalam tentang LEVA dan pelestarian mangrove akan memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana upaya mereka berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.

Ketiga, melampaui pelestarian mangrove, LEVA juga mengambil inisiatif yang menarik dalam budidaya sorghum organik. Budidaya sorghum organik adalah alternatif yang menjanjikan dalam upaya mendukung pertanian berkelanjutan dan kemandirian pangan. Merek produk makanan mereka, Athaya Sorghum, menawarkan beragam produk organik berbahan dasar sorghum, termasuk cookies, kue, brownies, tepung, dan beras sorghum. Esai ini akan memberikan kesempatan untuk menyelidiki lebih lanjut bagaimana inovasi pertanian seperti ini dapat memengaruhi ketahanan pangan dan lingkungan.

Dalam esai ini, kita akan menyelidiki lebih jauh peran kunci yang dimainkan oleh LEVA dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Indonesia. Kita akan menggali lebih dalam tentang dampak positif dari upaya mereka dalam budidaya sorghum organik. Dengan melakukan itu, esai ini akan memberikan wawasan yang lebih komprehensif tentang urgensi dan pentingnya upaya pelestarian lingkungan, serta bagaimana inovasi pertanian dapat memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di masa depan.

Pembahasan

Awal LEVA terbentuk pada tanggal 27 April 2021. Ada 4 orang cofounder yang terlibat dalam pembentukan LEVA. Yang pertama, founder-nya adalah Nathasi Fadhlin; yang kedua, ada Himatul Kholisa; yang ketiga, ada Syifa Wulandari; yang keempat, ada Wijaya. Mereka berempat merupakan anak muda yang memiliki minat dalam konservasi hutan mangrove.

Semuanya berawal dari kesamaan minat mereka dalam kegiatan penanaman mangrove di sebuah komunitas yang telah mereka tekuni sejak tahun 2016. Pada tahun 2019, mereka memutuskan untuk melepaskan diri dari komunitas tersebut yang sebelumnya mereka ikuti, dan membentuk LEVA pada tahun 2021. Jadi, sebenarnya pengalaman mereka sudah cukup banyak, sekitar 6 tahun berkegiatan dan berkecimpung di dunia mangrove.

Kenapa mereka memilih mangrove? Pada tahun-tahun sebelumnya, seperti tahun 2016, mangrove merupakan ekosistem yang tidak banyak diminati atau diperhatikan oleh banyak orang, terutama pemerintah. Mengapa? Karena mangrove adalah ekosistem yang terletak jauh dari pemukiman, lokasinya panas, dan sering kali kotor dengan banyak sampah. Tanaman mangrove juga tumbuh lambat, sehingga tidak banyak yang tertarik untuk membudidayakannya.

Oleh karena itu, pada tahun 2016, mereka memulai gerakan kampanye untuk mengedukasi anak-anak muda di Jakarta agar mereka peduli dan sadar akan perubahan iklim. Salah satu cara yang bisa diambil adalah dengan menanam mangrove. Pada tahun 2018-2019, banyak komunitas serupa mulai muncul yang menduplikasi komunitas mereka. Pada tahun 2021, semakin banyak komunitas yang bergerak dalam rehabilitasi hutan mangrove, dan akhirnya, Kementerian membentuk Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) sebagai badan independen untuk mempercepat rehabilitasi hutan mangrove di seluruh Indonesia.

Puncaknya terjadi pada tahun 2023 ketika Pemerintah menerapkan perdagangan karbon, sehingga aktivitas mangrove semakin banyak dicari dan diminati oleh banyak orang karena memiliki manfaat secara ekonomis. Namun, sejak dulu hingga sekarang, LEVA tetap konsisten tidak hanya dalam menanam, tapi juga merawat mangrove. Karena mangrove tidak hanya perlu ditanam, tetapi juga perlu dirawat dan dipantau pertumbuhannya, keanekaragaman flora, dan edukasi yang relevan dengan anak muda saat ini. Hal ini bertujuan agar mereka tidak hanya tahu cara menanam, tetapi juga memahami manfaat ekologis dan ekonomisnya, serta manfaat langsung bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir yang memiliki hutan mangrove.

Gaya kepemimpinan di komunitas LEVA ada dua. Yang pertama, otoriter, yang kedua, demokratis. Mengapa ada dua? Karena ini disesuaikan dengan keadaan dan situasi saat kegiatan berlangsung. Yang pertama, otoriter. Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin membuat semua keputusan sendiri, dan anggota kelompok hanya melaksanakan tugas yang diberikan. Ini berlaku saat ada kegiatan seperti penanaman mangrove atau situasi yang memerlukan pengambilan keputusan cepat.

Yang kedua, demokratis. Gaya ini mendorong diskusi kelompok, dan pengambilan keputusan dilakukan melalui kesepakatan atau musyawarah. Ini sering digunakan dalam perencanaan kegiatan atau program bersama dengan para relawan LEVA. Keputusan dibuat bersama berdasarkan kesepakatan, dan tugas-tugas dibagikan kepada anggota kelompok. Misalnya, Si A bertanggung jawab untuk dokumentasi, dan Si B untuk logistik. Rapat digunakan untuk mendengarkan pendapat semua anggota dan mencapai kesepakatan bersama. Jadi, ada dua tipe kepemimpinan yang digunakan dalam komunitas ini. Saat ini, ada banyak cara untuk berkoneksi dan berkomunikasi dengan baik antara volunteer dan pengurus LEVA. Mereka mengadakan rapat bulanan dengan semua pengurus dan volunter LEVA. Setiap bulannya, mereka melakukan review dan evaluasi untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu ditingkatkan dan yang perlu diminimalisir. Ini mencakup program-program kerja, kemampuan sumber daya manusia, dan pemantauan mangrove.

Mereka sangat mengandalkan kemajuan teknologi dalam proses ini. Saat ini, tidak hanya kita bisa berkomunikasi secara tatap muka atau offline, tetapi kita juga dapat berkomunikasi secara daring atau online. Mereka menggunakan platform seperti Zoom, Google Meet, video call, dan grup WhatsApp untuk mempermudah komunikasi yang intensif dan efektif. Karena komunikasi yang baik adalah kunci keberhasilan berorganisasi dengan baik. Tanpa komunikasi yang baik, komunitas atau organisasi akan kesulitan dalam menjalankan program-programnya.

Ketika berhadapan dengan klien atau mitra, mereka juga melakukan pertemuan daring atau online. Ini membantu kita untuk fokus pada poin-poin yang penting, tanpa terlalu banyak basabasi atau percakapan yang tidak relevan. Mereka menerapkan pendekatan yang sistematis untuk memastikan hasil yang maksimal dalam setiap pertemuan dan kerjasama. Saat terbentuk LEVA, memang ada banyak permasalahan yang dihadapi. Salah satu pengalaman mereka adalah ketika masih tergabung di komunitas sebelumnya. Mereka menghadapi batasan-batasan yang membatasi kreativitas mereka sebagai konservator mangrove. Akhirnya, mereka berhadapan dengan keterbatasan-keterbatasan ini, dan kita memutuskan untuk keluar dari komunitas yang sebelumnya dan mendirikan LEVA, sebuah komunitas baru.

Pengalaman ini membantu mereka mengidentifikasi tantangan-tantangan yang dihadapi untuk masa depan. Mereka belajar bagaimana mengubah konflik menjadi sebuah tantangan atau solusi untuk menghadapi konflik yang lebih besar di masa mendatang. Sehingga, pada tahun 2023, ketika terjadi konflik antara volunter dan pengurus, mereka sudah dapat menyelesaikannya dengan cepat dan sesuai dengan permasalahannya. Mereka fokus pada akar permasalahan dan menawarkan solusi yang sesuai.

Ketika ada permasalahan, mereka biasanya berbicara langsung dengan pihak yang terlibat. Mereka bertanya tentang permasalahannya, mendengarkan apa yang mereka harapkan, mengevaluasi hambatan-hambatan yang masih ada, dan mencari alternatif solusi yang dapat disepakati bersama. Manajemen konflik yang mereka terapkan menjadi lebih demokratis, di mana mereka berupaya mencapai kesepakatan bersama dan menyelesaikan masalah tanpa drama atau emosi berlebihan. Mereka telah belajar bagaimana mengatasi konflik dengan efektif dan berfokus pada solusi, yang merupakan kunci untuk menjalankan organisasi dengan sukses.

Kesimpulan dan Saran

Dalam eksplorasi tentang LEVA, sebuah komunitas inklusif yang berfokus pada pelestarian hutan mangrove dan budidaya sorghum organik, kita dapat menyimpulkan beberapa hal yang signifikan. LEVA adalah contoh inspiratif tentang bagaimana anak muda dapat berperan aktif dalam melindungi lingkungan alam dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Mereka telah memberikan dampak yang berarti dalam upaya menjaga keberlanjutan ekosistem mangrove, yang memiliki peran krusial dalam mitigasi perubahan iklim dan perlindungan terhadap bencana alam di Indonesia.

Pertama, peran LEVA sebagai representasi kekuatan anak muda di Indonesia adalah luar biasa. Mereka telah membuktikan bahwa pemuda memiliki potensi besar dalam mengatasi masalah lingkungan di masa depan. Dengan fokus pada pelestarian hutan mangrove, LEVA telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjaga ekosistem ini tetap lestari. Mereka adalah model inspiratif bagi generasi muda lainnya, menunjukkan bahwa dedikasi dan kolaborasi dapat menghasilkan perubahan positif dalam lingkungan.

Kedua, pentingnya mangrove dalam mitigasi perubahan iklim dan perlindungan terhadap bencana alam sangat nyata. Mangrove memiliki kemampuan unik untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer, yang membantu dalam mengurangi laju perubahan iklim global. Selain itu, sebagai perisai alami yang efektif, hutan mangrove dapat mengurangi dampak banjir dan tsunami pada wilayah pesisir. LEVA telah berperan penting dalam menjaga ekosistem ini dan memberikan manfaat ekologis dan ekonomis yang besar bagi masyarakat di sekitarnya.

Ketiga, inisiatif budidaya sorghum organik oleh LEVA adalah langkah yang menjanjikan dalam mendukung pertanian berkelanjutan dan kemandirian pangan. Produk makanan organik mereka, Athaya Sorghum, menawarkan beragam produk berbahan dasar sorghum, memberikan alternatif yang berkelanjutan dalam konsumsi makanan. Ini adalah contoh bagaimana inovasi pertanian dapat berkontribusi pada ketahanan pangan dan lingkungan.

Dalam upaya menjaga keberlanjutan LEVA dalam mempertahankan lingkungan alam dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Indonesia, beberapa saran dapat diajukan:

Skala Upaya: LEVA dapat mempertimbangkan untuk memperluas cakupan pelestarian mangrove mereka ke berbagai wilayah pesisir di Indonesia. Ini akan memungkinkan mereka untuk memberikan dampak yang lebih besar dalam pelestarian ekosistem mangrove yang penting.

Edukasi dan Kesadaran: LEVA dapat terus memperluas upaya edukasi tentang pentingnya mangrove dan pelestarian lingkungan. Program edukasi dapat diarahkan kepada masyarakat luas, terutama kepada generasi muda, untuk meningkatkan kesadaran tentang ekosistem penting ini.

Kolaborasi: LEVA dapat menjalin lebih banyak kemitraan dan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk lembaga pemerintah, perusahaan, dan organisasi non-pemerintah. Kolaborasi ini dapat mendukung sumber daya dan pengetahuan yang diperlukan untuk memperluas dampak positif mereka.

Pengembangan Produk Sorghum: LEVA dapat terus mengembangkan produk-produk berbahan dasar sorghum mereka dan memperluas pangsa pasarnya. Ini dapat membantu menciptakan pendapatan tambahan yang mendukung upaya pelestarian mereka.

Pengelolaan Konflik: LEVA telah menunjukkan kemampuan yang baik dalam mengelola konflik. Penting untuk terus memperbaiki keterampilan manajemen konflik ini untuk menjaga harmoni dan produktivitas dalam komunitas.

Beradaptasi dengan Perubahan: Lingkungan dan tantangan yang dihadapi oleh LEVA akan terus berubah. Oleh karena itu, penting untuk tetap fleksibel dan beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan dan masyarakat.

LEVA telah menjadi agen perubahan yang signifikan dalam pelestarian lingkungan di Indonesia. Dengan dedikasi mereka untuk mangrove, budidaya sorghum organik, dan semangat pemuda, mereka membuktikan bahwa tindakan kolektif dan kesadaran lingkungan adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi planet ini. Semoga upaya mereka terus mendapatkan dukungan dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *